PDM Kabupaten Flores Timur - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Flores Timur
.: Home > Berita > Kisah 6 Anak Flores yang Nyantri di Ponpes Muhammadiyah Al-Munawwaroh Kota Malang

Homepage

Kisah 6 Anak Flores yang Nyantri di Ponpes Muhammadiyah Al-Munawwaroh Kota Malang

Selasa, 26-03-2019
Dibaca: 1217

 

Berbicara tentang Flores di NTT, Flores merupakan salah satu pusat penyebaran agama Katholik di Indonesia. Menurut catatan sejarah, masuknya Katholik tidak terlepas dari peran Portugis dan Spanyol, yang waktu itu menjajah kawasan timur Indonesia (Republika, 20 oktober 2011). Adapun saat ini, pemeluk Islam sudah makin banyak, kebanyakan memeluk Islam sejak lahir. Namun ada juga yang baru memeluk Islam saat ia akan menikahi seorang Muslimah. Contohnya kawan saya yang bernama Sahidin said. Ayah Sahidin baru memeluk agama Islam saat menikahi ibunya. Selanjutnya, keluarga Arya saputra Koten. Siswa kelas 10 MA Muhammadiyah 2 Kota Malang ini mengaku tinggal di Adonara Timur, Desa Lamahala. Di Adonara jumlah masjidnya cukup banyak, lembaga pendidikan Islamnya juga. Saat hari Jumat, masjidnya rata-rata mengumandangkan adzan dua kali. Sewaktu lebaran, kami melaksanakan sholat di lapangan.

 

Di Flores belum ada Taman Pendidikan Quran (TPQ) seperti di pulau Jawa. Disana juga tidak ada sebutan “orang Nahdlatul ulama” dan “orang Muhammadiyah”. Kebanyakan menganggap dirinya netral. Memang lembaga pendidikan Muhammadiyah di Flores cukup banyak. Namun di daerah Lembata dan Solor Timur, populasi warga Nahdlatul Ulama cukup mendominasi. Di Lembata ada sebuah pesantren berbasis NU. Khusus lembaga milik Muhammadiyah, banyak non Muslim yang menuntut ilmu disana. Non muslim diberi kebebasan, boleh tetap dikelas saat ada Pelajaran Agama Islam (PAI) dan boleh meningggalkan kelas.

 

Tahun ajaran baru 2016-2017 ada 6 anak dari Flores merantau ke pulau Jawa. Selama 3 hari 3 malam, mereka bercerita naik kapal dari Pelabuhan Larantuka ke Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya. Tujuan utama mereka menuju Ponpes Muhammadiyah al-Munawwaroh kota Malang. Saya tanyai dari mana mengenal profil Pesantren ini? Mereka bilang Ustadz Syawaluddin dan Asry Koten. Anak-anak Flores menganggapnya “abang”. Di pesantren ini, Ustadz Syawal adalah Muslim Flores generasi awal. Generasi kedua ialah Noor Fadly. Asry dan Iwan budiana masuk generasi tiga. Selain mondok, mereka juga bersekolah formal di MTs dan MA Muhammadiyah 2 Kota Malang.

 

Madrasah Muhammadiyah ini diajar oleh guru-guru berpengalaman dan guru-guru muda yang berasal dari pesantren Gontor, UIN Malang, UMM Malang dan Universitas al-Azhar-Kairo. Tercatat ada Ustadz Zaenal Fanani, Ustadz Umarwan Sutopo (kini dosen STAIN Ponorogo), Ustadz Raja Ritonga sebagai alumni al-Azhar yang mengamalkan ilmu di madrasah. Sekilas yang saya ketahui tentang madrasah dimana saya menuntut ilmu, disini bebas uang gedung, sudah terakreditasi dan ada subsidi bagi siswa yang kurang mampu. Khusus tahun ajaran 2016-2017, ada komitmen bila masuk Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah, khusus siswa laki-laki harus mondok juga.

 

Sebatas yang saya ketahui, muslim Flores punya kontribusi yang tidak sedikit. Tokoh muslim Flores seperti Dr. E.M. Sengadji pernah menjadi pengurus di pesantren dan madrasah ini, kini beliau aktif sebagai dosen UMM Malang, selain Dr. Sangadji, ada Dr. Nurdin Hasan yang sudah lama menetap di pulau Jawa. Ustadz Syawaluddin, kini menempuh strata satu. Saya lihat dia masuk kepengurusan di Ponpes Muhammadiyah al-Munawwaroh. Kemudian ada Iwan Budiana di kelas 12, menjadi pengurus OSMA dan penanggungjawab kebersihan pesantren. Iwan Budiana sering diminta Mudir Pesantren KH. Taufik Kusuma menjadi qori’ dalam acara keagamaan yang diadakan oleh PDM Muhammadiyah kota Malang. Beberapa dari muslim Flores itu rutin menjadi imam di masjid-masjid yang berafiliasi ke Persyarikatan Muhammadiyah.

 

Dalam urusan akademik, muslim Flores belum menonjol seperti kawan-kawan dari suku Jawa dan Madura. Ranking kelas sejauh ini hanya diraih oleh Alwi Sengadji, ia berhasil masuk peringkat 2 sewaktu di kelas 11. Prestasi non akademik juga diraih Alwi, semester lalu ia menjuarai bela diri Tapak Suci se Malang raya. Kemudian ada Irsyad Tulla yang menjuarai Hizbul Wathan di Sidoarjo tahun 2013. Pada tahun 2014, Iwan Budiana menjuarai lomba lari 400 Meter se kota Malang. Baru baru ini, Muslim Flores asal Lamakera, Muarrifatul Basyar yang sukses juara 1 lomba Adzan saat bulan puasa yang lalu.

 

Sebelum mengakhiri tulisan saya tentang geliat Muslim Flores di Ponpes Muhammadiyah al-Munawwaroh, barangkali nanti ada kajian yang lebih komprehensif tentang aktivitas muslim Flores di beberapa kota di pulau Jawa. Baik yang sudah menikahi gadis setempat, punya segudang prestasi hingga yang sukses menjadi politikus dan akademisi. Wallahu’allam.

 

 

Ditulis oleh: Sofia Salsabilapelajar MTs Muhammadiyah 2 kota Malang

 

 

sumber: konfrontasi.com

judul asli: Menengok Muslim Flores di Ponpes Muhammadiyah Al-Munawwaroh


Tags: Kisah 6 Anak Flores yang Nyantri di Ponpes Muhammadiyah Al-Munawwaroh Kota Malang
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: Berita Pimpinan Daerah Muhammadiyah



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website